Hiperkolesterolemia masih
menjadi salah satu masalah Kesehatan yang dialami banyak orang. Prevalensi
pengidap hiperkolesterolemia di Indonesia tergolong cukup tinggi yaitu sekitar
35%, bahkan prevalensi pengidap kolesterol di dunia mencapai 45% (Kemenkes RI,
2017 ; WHO, 2019). Hiperkolesterolemia diperkirakan menyebabkan kematian
sebanyak 2,6 juta dan 29,7 kecacatan per tahunnya (Subandrate, et al., 2019).
Hiperkolesterolemia atau yang
umum disebuy sebagai penyakit “kolesterol tinggi” adalah salah satu gangguan
metabolisme lipid sebagai suatu keadaan dimana kadar kolesterol di dalam darah
melebihi ambang batas normal. Karena sifatnya yang tidak larut dalam darah,
kolesterol dapat terendapkan di dinding pembuluh darah, kemudian menyebabkan
penyempitan pembuluh darah atau yang sering disebut dengan aterosklerosis, dan
tentu penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan berbagai penyakit seperti
penyakit jantung dan stroke (Subandrate, et al., 2019 ; Kemenkes RI,
2022). Kadar kolesterol normal bagi tubuh manusia adalah kurang dari 140-200
mg/dL (Tan dan Raharja, 2010).
Baca juga : KOLESTEROL?
Penyebab Hiperkolesterolemia
Beberapa penyebab
hiperkolesterolemia secara umum diantaranya adalah :
1. Keturunan atau Genetika
Orang dari keturunan yang
memiliki riwayat hiperkolesterolemia memiliki resiko mengidap
hiperkolesterolemia cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang bukan
keturunan yang memiliki riwayat hiperkolesterolemia (Ujiani, 2015).
2. Usia dan Jenis Kelamin
Seiring bertambahnya usia,
fungsi fisiologis organ tubuh mengalami penurunan yang menyababkan metabolisme
lemak menjadi tidak sempurna sehingga terjadi peningkatan kadar kolesterol di
dalam tubuh. Wanita memiliki hormon estrogen yang dapat mencegah terjadinya
aterosklerosis (agen kardioprotektif), sehingga wanita memiliki resiko
aterosklerosis lebih rendah dibandingkan pria terutama pada masa premenomause
(Ujiani, 2015).
3. Obesitas
Obesitas atau kegemukan adalah
suatu kondisi dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh.
Penimbunan lemak dalam jangka panjang dan terus menerus menyebabkan sel lemak
di dalam tubuh tidak mampu menyimpan trigliserida berupa kolesterol. Timbunan
lemak ini berupa Low Density Lipoprotein (LDL) yang akan masuk kembali
ke pembuluh untuk dimetabolisme di hati sebagai cadangan energi. Dengan
masuknya LDL ke pembuluh darah kembali akan menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol di dalam darah.
4. Gaya Hidup
Tubuh manusia telah
memproduksi 89% kolesterol yang dibutuhkan oleh tubuh, sisanya diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti
daging, susu, kue, kuning telur dan mentega cenderung dapat meningkatkan kadar
kolesterol melebihi batas normal jika dikonsumsi secara berlebhan. Kurangnya
aktivitas fisik dapat meningkatkan kolesterol karena lemak yang terdeposit di
dalam tubuh tidak dimetabolisme menjadi energi sehingga meningkatkan LDL di
dalam tubuh. Merokok dan konsumsi alkohol juga dapat mempengaruhi kadar
kolesterol darah karena dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan endotel
pembuluh darah yang mempercepat terjadinya aterosklerosis.
Tanda Gejala
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia tidak
memilii gejala khusus yang menandakan kolesterol di dalam darah memililiki
kadar yang tinggi, namun dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah (Subandrate,
et al., 2019). Gejala kolesterol biasanya akan dirasakan pada saat
terjadi penumpukan kolesterol di pembuluh darah (aterosklerosis). Beberapa
tanda tingginya kolesterol darah diantaranya adalah (Kemenkes, 2022) :
1. Mudah Menguap dan Ngantuk
Menguap disebabkan oleh
kurangnya pasokan oksigen ke otak. Oksigen diedarkan ke otak oleh darah melalui
pembuluh darah, jika pembuluh darah menyempit akibat aterosklerosis atau
penumpukan kolesterol pada pembuluh darah menyebabkan pasokan oksigen menuju
otak juga berkurang sehingga menjadi mudah menguap dan ngantuk.
2. Kesemutan dan Nyeri
Kesemutan dan nyeri merupakan
implikasi oleh aliran darah yang tidak lancar atau adanya sumbatan pada pembuluh
darah. Kolesterol yang tinggi di dalam darah dapat menyebabkan penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
3. Perlemakan di Hati
Perlemakan di hati diartikan
sebagai menumpuknya lemak di organ hati. Penumpukan lemak di hati ini
menyebabkan rasa begah, mual, dan rasa yang tidak nyaman.
4. Kepala Pusing dan Gejala
Stroke
Kadar kolesterol yang tinggi
di darah dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah yang membawa oksigen ke
otak. Hal ini menyebabkan kurangnya pasokan oksigen yang diperlukan oleh otak
sehingga akan terasa pusing bahkan terjadi gejala stroke.
5. Xanthelasma dan Xanthoma
Xanthelasma dan Xanthoma
adalah kondisi penumpukan atau pengendapan lemak yang terjadi di bawah jaringan
kulit akibat dari kadar kolesterol yang terlalu tinggi. Xanthelasma ditandai
dengan adanya benjolan kuning di bagian ujung kelopak mata sedangkan xanthoma
ditandai dengan benjolan atau gumpalan kuning yang padat di lipatan tubuh
seperti pada siku dan lutut.
Hiperkolesterolemia dapat
diatasi dengan memperbaiki gaya hidup seperti konsumsi makanan dengan gizi
seimbang, olahraga yang rutin, tidak merokok dan konsumsi alkohol, serta
menjaga berat badan agar tetap ideal. Jika menjaga pola hidup yang baik tidak
dapat menangani hiperkolesterolemia, disarankan untuk konsultasi ke dokter.
Pustaka
Global
Health Observatory Data. 2019. Raised Cholesterol: Situation and Trends.
World Health Organization.
Kementerian
Kesehatan. 2017. Profil Penyakit Tidak Menular Tahun 2016. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Subandrate,
Susilawati, dan Safyudin. 2019. Pendampingan Usaha Pencegahan dan Penanganan
Hiperkolesterolemia pada Pelajar. Jurnal Arsip Pengabdian Masyarakat.
1(1) : 1-7
Tan,
T.H. dan Raharja. 2010. Obat-obatan
Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari. PT. Alex Media Kumputindo Kelompok
Gramedia. Jakarta
Ujiani,
S. 2015. Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin dengan Kadar Kolesterol
Penderita Obesitas RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan.
6(1) : 43-48.