Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

RADIKAL BEBAS : Zat Berbahaya Pemicu Penyakit

Artikel ini membahas tentang radikal bebas dan dampakya r bagi kesehatan tubuh manusia serta sumber dan mekanisme dari radikal bebas

Mendengar kata “radikal bebas”, sering kali dikaitkan dengan berbagai penyakit yang mematikan seperti kanker, penyakit jantung, paru, hati, dan ginjal, penuaan dini, katarak, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya. Banyak masyarakat paham mengenai bahaya dari dari radikal bebas, namun dengan kurangnya pengetahuan tentang radikal bebas, tanpa disadari mereka memiliki gaya hidup yang malah menambah jumlah radikal bebas yang masuk ke tubuhnya. Tulisan ini memuat mengenai radikal bebas untuk dipahami secara sederhana.

Bahaya Radikal Bebas Bagi Kesehatan

Sumber gambar : Akhlaghi, 2009

Pengertian Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya sehingga bersifat reaktif dan tidak stabil. Di dalam tubuh manusia, radikal bebas memiliki peran penting dalam memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan oragna organ tubuh, namun jika kadar radikal bebas yang berlebih di akan besifat destruktif yang dapat merusak sel tubuh (Sauriasari, 2006 ; Khaira, 2010).

Radikal bebas yang paling banyak dalam sistem biologis tubuh adalah reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) (Parwata, 2016). Radikal bebas dari ROS diantaranya yaitu radikal superoksida (O2•), radikal hidroksil (OH•), radikal peroksil (RO2•), radikal alkoksil (RO•), dan non radikal lainnya yang merangsang oksidasi atau terbentuknya senyawa, molekul, atau atom radikal seperti hipoklorit (HOCl), peroksinitrit (ONOO-) sedangkan radikal dari RNS diantaranya adalah radikal nitrogen oksida (NO•), nitrogen dioksida (NO2•), dan radikal nitrogen oksida lainnya (Wiseman dan Halliwel, 1996). Radikal bebas di dalam tubuh dapat dinetralkan oleh senyawa antioksidan, namun jika kadarnya terlalu tinggi akan menyebabkan suatu keadaan yang disebut sebagai “stress oksidatif” yaitu suatu keadaan dimana kadar radikal bebas lebih tinggi dibandingkan kemampuan antioksidan dalam menetralkannya di dlam tubuh (Prihantini dan Rizqianti, 2019).

Sumber Pemicu Radikal Bebas

Radikal bebas dapat bersumber baik dari internal atau dari dalam tubuh maupun eksternal atau dari luar tubuh (Khaira, 2010)

A. Radikal bebas internal

Di dalam tubuh, radikal bebas dihasilkan melalui metabolisme sel normal tubuh. Okaigen yang kita hirup akan digunakan dalam proses metabolisme tubuh manusia untuk mengasilkan energi (metabolisme aerobik)yang hasil sampingnya berupa ROS (reactive oxygen species) (Khaira, 2010). Dalam mekanismenya, ROS dihasilkan pada saat proses sintesis energi oleh mitokondria atau pada saat proses detoksifikasi melibatkan enzim sitokrom P-450 di organ hati dimana terjadi oksidasi zat makanan menghasilkan senyawa pengikat energi yaitu adenosin triphospat (ATP). Proses ini juga menghasilkan hasil samping berupa ROS (Lehninger, 1982).

Salah satu penyebab tingginya radikla bebas internal adalah adanya aktivitas fisik yang berlebih. Aktivitas fisik maksimal menyebabkan tubuh memerlukan energi lebih banyak sehingga tubuh akan melakukan proses metabolisme berlebih untuk menghasilkan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat melakukan aktivitas fisik yang berlebihan tersebut. Dengan adanya metabolisme terus menerus akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas terutama ROS berupa radikal superoksida (O2•) menjadi semakin banyak (Parwata, 2016).

B. Radikal bebas eksternal

Dari luar tubuh, radikal bebas dihasilak melalui respon tubuh terhadap polusi udara, radiasi ultraviolet, rokok, alkohol, dan obat obatan. Selain itu pengolahan makanan yang kurang baik juga menjadi sumber dari radikal bebas. Mengolah makanan dengan cara menggoreng, memanggang, maupun membakar menggunakan suhu tinggi pada produk hewani akan merusak protein dan lemak pada bahan makanan tersebut yang akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Minyak goreng yang digunakan berkali kali sampai warnanya gelap dapat menjadi sumber radikal bebas karena melepaskan senyawa karsinogenik (senyawa pemicu kanker). Zat tambahan pangan seperti pengawet berupa formaldehid (formalin), serta pewarna berupa methalyn yellow, rhodamin juga merupakan sumber pemicu terbentuknya radikal bebas (Ketaren, 2008 ; Nadesul, 2007 ; Khaira, 2010).

Baca juga : Minyak Kelapa Biasa VS Virgin Coconut Oil (VCO)

Bahaya Radikal Bebas

Radikal bebas memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan pada eorbital terluarnya sehingga akan mencari pasangan elektron untuk mencapai kestabilannya dengan cara mengambil elektron dari molekul lain dimana di dalam tubuh manusia radikal akan mengambil elektron dari molekul seperti DNA, lipid, protein, dan karbohidrat (Ardhie, 2011 ; Fessenden dan Fessenden, 1986). Molekul yang kehilangan elektron ini menjadi bersifat reaktif sehingga akan terjadi reaksi berantai atau terjadi kematian sel (Fadiyah et al., 2018).

Senyawa radikal bebas di dalam tubuh akan menarik elektron dari molekul atau sel lain sehingga dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel (Halliwel dan Gutteridge, 2000). Reaksi ini terjadi secara terus menerus (reaksi berantai) yang bila tidak dihentikan akan menyebabkan kerusakan bahkan kematian sel semakin banyak sehingga menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Padah makanan atau bahan pangan, radikal bebas bertanggung jawab terhadap terjadinya reaksi berantai oksidasi menyebabkan perubahan zat gizi pada makanan (Subawa, 2022).

Di dalam tubuh, radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan DNA. Kerusakan yang ditimbulkan dapat memutus rantai yang menyebabkan terganggunya proses replikasi sel (pembelahan sel). Keadaan ini dapat memicu terbentuknya sel yang abnormal bahkan dapat meicu penyakit kanker (Suryo, 2008).

Membran sel manusia terusun atas asam lemak yang sangat rentan terhadap radikal bebas. Radikal bebas dapat mengoksidasi asam lemak pada membran sel sehingga sel menjadi rusak yang menghasilkan radikal baru yang akan mengoksidasi asam lemak lain. Radikal baru ini akan mngoksidasi asam lemak lain dan reaksi ini akan terus menerus terjadi sampai semua radikal bebas dapat dinetralkan oleh antioksidan. Keadaan ini jika dibiarkan semakin lama menyebabkan jumlah sel yang rusak juga akan semakin banyak yang tentu akan menimbulkan berbagai macam penyakit (Subawa, 2022). Membran asam lemak pada sel kulit yang rusak akibat adanya radikal menyebabkan kulit kehilangan ketengangan sehingga muncul keruput. Selain itu radikal bebas juga dapat merusak protein yang berakibat pada rusaknya jaringan tempat protein tersebut berada (Silalahi, 2006). Lebih lanjut, radikal bebas juga ikut bertanggung jawab sebagai pemicu kerusakan saraf otak, peradangan, pengapuran tulang, gangguan fungsi jantung, hati, dan ginjal, gangguan pencernaan, penyebab meningkatnya kadar LDL (low density lipoprotein), dan penyebab aterosklerosis (Alif, 2010).

Penutup

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa radikal bebas berperan besar dalam memicu banyak penyakit. Maka dari itu diperlukannya gaya hidup yang baik untuk mengurangi paparan radikal bebas. Salah satu cara untuk mengurangi dampat dari radikal bebas adalah dengan konsumsi makanan atau minuman yang mengandung antioksidan.

 

Pustaka

Akhlaghi, M., Brian, B. 2009. Mechanisms of flavonoid protection against myocardial ischemia–reperfusion injury. Journal of Molecular and Cellular Cardiology. 46 : 309–17

Alif, A.2010. Minyak Kelapa Murni Menghalau Penyakit Akibat Radikal Bebas. www.minyak-kelapa.com

Ardhie, A. M. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Medicinus. 24 (1) : 4-9.

Fadiyah, F., A., Mukti, R., Nurmei Rahmatika., Siwi Pramatama, M. W. 2018. Eksplorasi Potensi Ekstrak Cair Daun Kecombrang Yang Mengandung Antioksidan Sebagai Penetralisir Radikal Bebas Dalam Darah Petugas SPBU. Jurnal Litbang Kota Pekalongan. 15 : 4-9

Fessenden and Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.

Halliwell, B dan Gutteridge, J.M.C. 2000. Free Radical in Biologi and Medicine. Oxford University Press. Newyork

Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.

Khaira, K. 2010. Menangkal Radikal Bebas dengan Anti-Oksidan. Jurnal Sainstek. 2(2) : 183-187.

Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta

Nadesul, H. 2007. Sehat Itu Murah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Parwata, I.M.O.A. 2016. Antioksidan. Program Studi Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar

Prihantini, A.I. dan Rizqianti, K. D. 2019. Various Antioxidant Assays of Agarwood Extracts (Gyrinops versteegii) from West Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia. Asian Jurnal of AAgriculture. 3 (1) : 1-5

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta

Sauriasari, R. 2006. Mengenal dan Mengenal Radikal Bebas. http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-22-Mengenal-danMenangkal-Radikal-Bebas.shtml.

Subawa, I.K.G. 2022. Potensi Ekstrak Air Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Menurunkan kadar MDA dan Meningkatkan Aktivitas SOD pada Tikus Wistar. Tesis Universitas Udayana. Denpasar

Suryo. 2008. Genetika Manusia. UGM Press. Yogyakarta

Wiseman H. dan Halliwel B. 1996. Damage to DNA by Reactive Oxygen and Nitrogen species, role In inflammatory disease and progression to cancer. Biochem J.

Post a Comment

© FITOKIMEDIA. All rights reserved. Developed by Jago Desain