Mendengar kata “radikal
bebas”, sering kali dikaitkan dengan berbagai penyakit yang mematikan seperti
kanker, penyakit jantung, paru, hati, dan ginjal, penuaan dini, katarak, dan
berbagai penyakit degeneratif lainnya. Banyak masyarakat paham mengenai bahaya
dari dari radikal bebas, namun dengan kurangnya pengetahuan tentang radikal
bebas, tanpa disadari mereka memiliki gaya hidup yang malah menambah jumlah
radikal bebas yang masuk ke tubuhnya. Tulisan ini memuat mengenai radikal bebas
untuk dipahami secara sederhana.
Pengertian
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu
molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya sehingga bersifat reaktif dan tidak stabil. Di dalam tubuh manusia,
radikal bebas memiliki peran penting dalam memerangi peradangan, membunuh
bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan oragna organ
tubuh, namun jika kadar radikal bebas yang berlebih di akan besifat destruktif
yang dapat merusak sel tubuh (Sauriasari, 2006 ; Khaira, 2010).
Radikal bebas yang paling
banyak dalam sistem biologis tubuh adalah reactive oxygen species (ROS)
dan reactive nitrogen species (RNS) (Parwata, 2016). Radikal bebas dari
ROS diantaranya yaitu radikal superoksida (O2•), radikal hidroksil
(OH•), radikal peroksil (RO2•), radikal alkoksil (RO•), dan non
radikal lainnya yang merangsang oksidasi atau terbentuknya senyawa, molekul,
atau atom radikal seperti hipoklorit (HOCl), peroksinitrit (ONOO-) sedangkan radikal
dari RNS diantaranya adalah radikal nitrogen oksida (NO•), nitrogen dioksida
(NO2•), dan radikal nitrogen oksida lainnya (Wiseman dan Halliwel,
1996). Radikal bebas di dalam tubuh dapat dinetralkan oleh senyawa antioksidan,
namun jika kadarnya terlalu tinggi akan menyebabkan suatu keadaan yang disebut
sebagai “stress oksidatif” yaitu suatu keadaan dimana kadar radikal bebas lebih
tinggi dibandingkan kemampuan antioksidan dalam menetralkannya di dlam tubuh
(Prihantini dan Rizqianti, 2019).
Sumber
Pemicu Radikal Bebas
Radikal bebas dapat bersumber
baik dari internal atau dari dalam tubuh maupun eksternal atau dari luar tubuh
(Khaira, 2010)
A.
Radikal bebas internal
Di dalam tubuh, radikal bebas
dihasilkan melalui metabolisme sel normal tubuh. Okaigen yang kita hirup akan
digunakan dalam proses metabolisme tubuh manusia untuk mengasilkan energi
(metabolisme aerobik)yang hasil sampingnya berupa ROS (reactive oxygen
species) (Khaira, 2010). Dalam mekanismenya, ROS dihasilkan pada
saat proses sintesis energi oleh mitokondria atau pada saat proses
detoksifikasi melibatkan enzim sitokrom P-450 di organ hati dimana terjadi
oksidasi zat makanan menghasilkan senyawa pengikat energi yaitu adenosin
triphospat (ATP). Proses ini juga menghasilkan hasil samping berupa ROS
(Lehninger, 1982).
Salah satu penyebab tingginya
radikla bebas internal adalah adanya aktivitas fisik yang berlebih. Aktivitas
fisik maksimal menyebabkan tubuh memerlukan energi lebih banyak sehingga tubuh
akan melakukan proses metabolisme berlebih untuk menghasilkan energi yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat melakukan aktivitas fisik yang
berlebihan tersebut. Dengan adanya metabolisme terus menerus akan menyebabkan
terbentuknya radikal bebas terutama ROS berupa radikal superoksida (O2•)
menjadi semakin banyak (Parwata, 2016).
B.
Radikal bebas eksternal
Dari luar tubuh, radikal bebas
dihasilak melalui respon tubuh terhadap polusi udara, radiasi ultraviolet,
rokok, alkohol, dan obat obatan. Selain itu pengolahan makanan yang kurang baik
juga menjadi sumber dari radikal bebas. Mengolah makanan dengan cara
menggoreng, memanggang, maupun membakar menggunakan suhu tinggi pada produk
hewani akan merusak protein dan lemak pada bahan makanan tersebut yang akan
menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Minyak goreng yang digunakan berkali
kali sampai warnanya gelap dapat menjadi sumber radikal bebas karena melepaskan
senyawa karsinogenik (senyawa pemicu kanker). Zat tambahan pangan seperti
pengawet berupa formaldehid (formalin), serta pewarna berupa methalyn
yellow, rhodamin juga merupakan sumber pemicu terbentuknya radikal bebas
(Ketaren, 2008 ; Nadesul, 2007 ; Khaira, 2010).
Baca juga : Minyak Kelapa Biasa VS Virgin Coconut Oil (VCO)
Bahaya Radikal Bebas
Radikal bebas memiliki
elektron bebas yang tidak berpasangan pada eorbital terluarnya sehingga akan
mencari pasangan elektron untuk mencapai kestabilannya dengan cara mengambil
elektron dari molekul lain dimana di dalam tubuh manusia radikal akan mengambil
elektron dari molekul seperti DNA, lipid, protein, dan karbohidrat (Ardhie,
2011 ; Fessenden dan Fessenden, 1986). Molekul yang kehilangan elektron ini
menjadi bersifat reaktif sehingga akan terjadi reaksi berantai atau terjadi
kematian sel (Fadiyah et al., 2018).
Senyawa radikal bebas di dalam
tubuh akan menarik elektron dari molekul atau sel lain sehingga dapat
menyebabkan kerusakan atau kematian sel (Halliwel dan Gutteridge, 2000). Reaksi
ini terjadi secara terus menerus (reaksi berantai) yang bila tidak dihentikan
akan menyebabkan kerusakan bahkan kematian sel semakin banyak sehingga
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini,
serta penyakit degeneratif lainnya. Padah makanan atau bahan pangan, radikal
bebas bertanggung jawab terhadap terjadinya reaksi berantai oksidasi
menyebabkan perubahan zat gizi pada makanan (Subawa, 2022).
Di dalam tubuh, radikal bebas
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan DNA. Kerusakan yang
ditimbulkan dapat memutus rantai yang menyebabkan terganggunya proses replikasi
sel (pembelahan sel). Keadaan ini dapat memicu terbentuknya sel yang abnormal
bahkan dapat meicu penyakit kanker (Suryo, 2008).
Membran sel manusia terusun
atas asam lemak yang sangat rentan terhadap radikal bebas. Radikal bebas dapat
mengoksidasi asam lemak pada membran sel sehingga sel menjadi rusak yang
menghasilkan radikal baru yang akan mengoksidasi asam lemak lain. Radikal baru
ini akan mngoksidasi asam lemak lain dan reaksi ini akan terus menerus terjadi
sampai semua radikal bebas dapat dinetralkan oleh antioksidan. Keadaan ini jika
dibiarkan semakin lama menyebabkan jumlah sel yang rusak juga akan semakin
banyak yang tentu akan menimbulkan berbagai macam penyakit (Subawa, 2022).
Membran asam lemak pada sel kulit yang rusak akibat adanya radikal menyebabkan
kulit kehilangan ketengangan sehingga muncul keruput. Selain itu radikal bebas
juga dapat merusak protein yang berakibat pada rusaknya jaringan tempat protein
tersebut berada (Silalahi, 2006). Lebih lanjut, radikal bebas juga ikut
bertanggung jawab sebagai pemicu kerusakan saraf otak, peradangan, pengapuran
tulang, gangguan fungsi jantung, hati, dan ginjal, gangguan pencernaan,
penyebab meningkatnya kadar LDL (low density lipoprotein), dan penyebab
aterosklerosis (Alif, 2010).
Penutup
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa radikal bebas berperan besar dalam
memicu banyak penyakit. Maka dari itu diperlukannya gaya hidup yang baik untuk
mengurangi paparan radikal bebas. Salah satu cara untuk mengurangi dampat dari
radikal bebas adalah dengan konsumsi makanan atau minuman yang mengandung
antioksidan.
Pustaka
Akhlaghi,
M., Brian, B. 2009. Mechanisms of flavonoid protection against myocardial
ischemia–reperfusion injury. Journal of Molecular and Cellular Cardiology.
46 : 309–17
Alif,
A.2010. Minyak Kelapa Murni Menghalau Penyakit Akibat Radikal Bebas. www.minyak-kelapa.com
Ardhie,
A. M. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Medicinus.
24 (1) : 4-9.
Fadiyah,
F., A., Mukti, R., Nurmei Rahmatika., Siwi Pramatama, M. W. 2018. Eksplorasi
Potensi Ekstrak Cair Daun Kecombrang Yang Mengandung Antioksidan Sebagai
Penetralisir Radikal Bebas Dalam Darah Petugas SPBU. Jurnal Litbang Kota
Pekalongan. 15 : 4-9
Fessenden
and Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.
Halliwell,
B dan Gutteridge, J.M.C. 2000. Free Radical in Biologi and Medicine.
Oxford University Press. Newyork
Ketaren,
S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Khaira,
K. 2010. Menangkal Radikal Bebas dengan Anti-Oksidan. Jurnal Sainstek.
2(2) : 183-187.
Lehninger,
A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta
Nadesul,
H. 2007. Sehat Itu Murah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta
Parwata,
I.M.O.A. 2016. Antioksidan. Program Studi Pascasarjana Universitas
Udayana. Denpasar
Prihantini,
A.I. dan Rizqianti, K. D. 2019. Various Antioxidant Assays of Agarwood Extracts
(Gyrinops versteegii) from West Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia. Asian
Jurnal of AAgriculture. 3 (1) : 1-5
Silalahi,
J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta
Sauriasari,
R. 2006. Mengenal dan Mengenal Radikal Bebas. http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-22-Mengenal-danMenangkal-Radikal-Bebas.shtml.
Subawa,
I.K.G. 2022. Potensi Ekstrak Air Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
Menurunkan kadar MDA dan Meningkatkan Aktivitas SOD pada Tikus Wistar.
Tesis Universitas Udayana. Denpasar
Suryo.
2008. Genetika Manusia. UGM Press. Yogyakarta
Wiseman
H. dan Halliwel B. 1996. Damage to DNA by Reactive Oxygen and Nitrogen species,
role In inflammatory disease and progression to cancer. Biochem J.